Lampu Hijau, Kota Tangerang –
Indikasi mental asal bapak senang disinyalir masih melekat dikalangan aparatur kecamatan, hal tersebut terlihat dari beberapa program yang telah dicanangkan walikota Tangerang kurang berjalan dengan optimal.
Berdasarkan penulusuran wartawan dikecamatan karang tengah pada Rabu (3/2/2021), salahsatu program yang menjadi andalan walikota Tangerang dalam mencegah dan menekan angka penyebaran covid-19 yakni tangerang bermasker terkesan diabaikan.
Pasalnya beberapa pengunjung yang hendak mendapatkan pelayanan dari kantor pemerintahan tersebut dibiarkan dan tetap dilayani kendati tidak menggunakan masker.
Ironisnya lagi beberapa fasilitas diantaranya sarana mencuci tangan dan kursi tunggu tidak diberikan batasan agar para pengunjung dapat menjaga jarak, padahal pada saat itu hampir seluruh aparatur kecamatan tengah sibuk mempersiapkan pembagian masker di 7 kelurahan yang tersebar dikecamatan karang tengah.
Tidak berhenti hingga situ, salahsatu program lainnya yang terindikasi diabaikan oleh aparatur kecamatan karang tengah adalah program ketahanan pangan.
Disisi kiri kantor kecamatan tersebut nampak sebuah kolam ikan yang cukup besar yang dapat ditanami berbagai jenis ikan untuk dikonsumsi, namun sayangnya kolam tersebut terlihat kering dan tidak terurus sehingga kesan kumuh langsung terlihat saat memasuki sisi kantor kecamatan tersebut.
Saat memasuki area belakang kantor, terdapat dua kolam yang bernasib sama dengan kolam sebelumnya, namun dikedua kolam tersebut tergenang air hujan dan dipenuhi jentik jentik nyamuk.
Edi Mahyudi, Camat karang tengah saat dimintai keterangannya terkait hal tersebut membenarkan dirinya dan jajarannya pada saat itu tengah membagikan seribu masker untuk 7 kelurahan yang ada dikecamatan karang tengah.
“Ini sedang proses pembagian, Suplay masker baru sampai,”singkat Edi melalui pesan singkatnya.
Namun begitu dirinya enggan berkomentar saat dimintai keterangannya terkait dugaan pembiaran beberapa pengunjung kantor kecamatan yang tidak menggunakan masker dan beberapa kolam ikan dan fasilitas pendukung ketahanan pangan yang tidak berjalan dikantor yang dipimpinnya tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Saipul Basri Penggiat sosial Patriot Nasional (Patron) mengaku sudah tidak lagi heran dengan mental asal bapak senang dikalangan pejabat kecamatan.
Menurut pria yang akrab disapa Marcel tersebut, mental asal bapak senang saat ini disinyalir sudah menjadi budaya dikalangan para camat dan hanya sebatas menggugurkan kewajiban.
“Seharusnya para camat bisa menafsirkan apa yang diinginkan pimpinan, jangan cuma saat diperintahkan pak wali program itu berjalan, setelah mengetahui tak lagi dipantau mereka bermalas malasan,”tegas Marcel.
Menurut dia, kondisi tersebut harus segera dihentikan dan segera disudahi, karna ia menilai budaya asal bapak senang mencerminkan suatu pembangkangan terhadap rakyat dan wakilnya yang saat ini menduduki kursi walikota.
“Walikota Tangerang menginstruksikan berbagai program itu bukan untuk sekedar seremonial dan semangat diawal, akan tetapi harus terus berjalan dan berkesinambungan untuk menjawab dampak dan keresahan masyarakat ditengah penyebaran covid-19,”tutur Marcel.
Budaya Cari Muka dikalangan para camat, menurut Marcel adalah suatu penghianatan dan cerminan bahwasanya camat tidak dapat menerjemahkan perintah walikota Tangerang Arief R Wismansyah.
“Sulitnya apa menjalankan perintah dan menjalankan instruksi itu secara berkesinambungan, ?, karna jika melihat kondisi saat ini rakyat sudah jenuh dengan kelakuan cari muka yang ditunjukan oleh camat yang ada dikota Tangerang,”jelasnya.
Disisi lain Kecamatan disebutnya sebagai panggung bagi para camat untuk dijadikan pencintraan dan sarana “mencari muka” agar posisi yang saat ini tengah dinikmatinya dapat terus langgeng.
“Coba dong pak wali pantau anak buahnya, para camat itu terkesan sibuk Cari Muka, sekali kali datang dong kesetiap kecamatan lihat kondisi lingkungan jangan cuma datang masuk kantor camat setelah itu pulang, jangan mau dibodohi dan dibohongi camat,”pinta marcel.